Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu pusat perbelanjaan yang paling dikenal masyarakat Indonesia adalah Matahari Department Store. Awalnya Matahari adalah toko pakaian Mickey Mouse di Pasar Baru yang didirikan oleh Hari Darmawan pada tahun 1960. Toko Mickey Mouse ini menjual pakaian import dan label pabrik sendiri yang diproduksi oleh istri Hari dengan merek MM Fashion.
Faktanya, bisnis Mickey Mouse sangat bagus dalam lima tahun pertama. Mereka punya pasarnya sendiri. Namun, Hari memendam kecemburuan terhadap toko tetangga bernama De Zion. Karena toko ini selalu ramai dan dikunjungi oleh orang-orang kaya. Upaya untuk meniru kesuksesan De Zion selalu sia-sia.
Akhirnya pada tahun 1968, keinginan untuk mengakuisisi toko tersebut muncul kembali. Ada laporan bahwa pemilik De Zion ingin menjual tokonya. Segera Hari bergegas membeli.
Mengutip Kristin Samah dan Sigit Triyono dalam Filosofi Bisnis Matahari (2017), dengan modal pinjaman US$200 juta dari Citibank, Hari sukses mengakuisisi dua gerai De Zion di Jakarta dan Bogor. De Zion segera berganti nama menjadi “The Sun”.
βDe Zion artinya Matahari dalam bahasa Belanda,β kata Hari Darmawan seperti dikutip Muhammad Ma’ruf dalam 50 Ide Bisnis Hebat dari Indonesia (2010).
Untuk mengembangkan toko barunya, Hari meniru toko ritel Jepang Sogo Department Store. Ia ingin Matahari seperti Sogo yang menjual pakaian sebanyak-banyaknya agar konsumen bisa memilih barang terbaik dan termurah. Alhasil, dengan meniru strategi Soga, Matahari pun mendapat banyak pengunjung. Matahari kemudian berkembang pesat pada tahun 1970-1980an.
Toko tersebut tidak hanya menjual pakaian, tetapi juga perhiasan, tas, sepatu, kosmetik, peralatan elektronik, mainan, alat tulis, buku dan lain-lain. Perkembangan pesat ini memungkinkan Hari membuka gerai lain di luar kota pada tahun 1990-an.
Hampir seluruh kota di Indonesia memiliki Matahari. Tidak ada orang yang tidak mengenal Matahari. Bahkan, Matahari sukses hingga cukup percaya diri untuk go public. Pada tahun 1989, PT Matahari Department Store Tbk resmi menjual sahamnya kepada publik dengan kode emiten LPPF.
Namun kehebatan Matahari tidak memuaskan Hari. Meski sudah menjadi raja, ia ingin menjadikan Matahari sebagai pusat ritel penting di Indonesia. Ambisinya besar: mendirikan 1.000 gerai Matahari.
James Riady, bankir muda sekaligus putra pendiri konglomerat Lippo Group Mochtar Riady, sekaligus mendengar keinginan tersebut. James berniat memberi Hari pinjaman sebesar Rp 1,6 triliun. Hari menyetujuinya dan mendapat pinjaman sebesar itu dengan bunga rendah. Tapi inilah masalahnya, dan Hari tidak pernah menduganya.
James Riady, masih mengutip 50 Ide Bisnis Hebat dari Indonesia (2010), juga berniat memulai bisnis retail segera setelah melunasi pinjaman. Bahkan, ia memboyong brand retail ternama asal AS, yakni WalMart ke Indonesia. Menariknya, WalMart didirikan tepat sebelum Matahari terbit. Jadi, kalau ada Matahari, pasti ada WalMart. Kasusnya mirip dengan Indomaret dan Alfamart yang selalu berdekatan.
Bagi Matahari, kemunculan WalMart jelas menjadi sinyal merah persaingan bisnis. Meski demikian, Hari tetap tidak mau kalah dengan pesaing dan krediturnya. Ia terus fokus menjalankan Matahari. Dan sebenarnya WalMart kalah dalam persaingan dan Matahari tetap menjadi raja.
Namun pada tahun 1996, berita mengejutkan datang. Hari dan Matahari yang sedang berada di masa jayanya tiba-tiba mendapat tawaran dari James untuk membeli Matahari. Artinya, sejak saat itu, Matahari yang memiliki omzet Rp 2 triliun resmi menjadi Grup Lippo.
Penjualan ini memicu spekulasi liar. Karena banyak yang kaget karena Matahari sangat sukses dan makmur saat itu. Hari tidak bisa gagal karena Matahari pasti akan berjalan.
Sejak akuisisi tersebut, Matahari resmi menjadi milik Grup Lippo. Nama Hari Darmawan perlahan mulai memudar.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel lain
Drama NOBU-BABP, Lebih Kaya dari Hary Tanoe atau James Riady?
(mkh/mkh)
Quoted From Many Source